Kamis, 23 April 2015

Mendekap Penuh Harap



Aku ingin merangkulmu. Mendekap penuh harap. Berjalan beriringan. Menangkap titian-titian cahaya hidayah-Nya. Aku ingin merangkulmu. Mendekap penuh harap. Bersaudara di dunia, dan kembali bersaudara di Syurga.
Aku ingin merangkulmu. Mendekap penuh harap. Terikat atas keindahan ukhuwah..

Aku ingin bersamamu, Kawan! Merasakan indah, nikmat, dan manisnya iman. Sejak saat pertemuan itu, namamu telah masuk daftar doaku. Berharap, tali ini takkan putus sampai maut yang berbicara. Semoga ukhuwah atas dasar iman -Insya Allah- menjadi penyemangat dan sumbangan energi untuk beribadah kepada-Nya.

Aku, dan kaupun tahu. Allah telah menggariskan pertemuan kita. Menjadikan kita bersaudara karena iman dan hanya akan hilang karena iman. Semoga awal perjumpaan kita di jalan ini adalah awal dari sebuah kisah panjang tentang perhelatan kita dalam satu tujuan yakni "menggapai Syurga-Nya"

Ingin kubisikkan di telingamu, Kawan! Doa-doa yang kukirimkan di waktu-waktu orang tengah lelap.
"Ya Rabb, Hamba bersyukur telah Kau berikan hamba saudara yang baik hatinya, indah perilakunya, dan baik imannya. Ya Rabb, maka pertemukanlah kami kembali di Jannah-Mu kelak"

Kawan! Inilah mimpiku, yang aku juga berharap menjadi mimpi kalian bahwa "di Syurga kelak, kitapun bersaudara".
Tulisan ini memang sederhana, Kawan. Sesederhana aku mampu mengungkap bahagia ini atas ikatan persaudaraan kita. Bisa saja kau menganggapnya "hanya seperti itukah?". Semoga kau mengerti, memang tak sesederhana ini. Namun, semoga kau mengerti bahwa Syurga adalah satu-satunya penjelas termanis dan terpasti yang akan Allah beri "Hanya kepada hamba-Nya yang beriman".

Semoga kau, aku, dan kita termasuk Hamba-hambanya yang beriman.
 *Special untuk saudari yang kucintai karena Allah. Insya ALlah.

Membasahi hati



kata-kata, kalimat-kalimat. Kadang tak jua mampu mendongkrak hati yang perlahan mengering. Berusaha membasahinya pun sulit. Seolah, seperti seorang awam yang baru ingin memperbaiki iman. Ketika iman telah rusak, semua flat saja. Amanah, bahkan ibadah.

Duhai hati yang mengering, sejukmu dulu kian menjauh. Lembutmu dulu perlahan mengikis. Sekarang, tersisa keping-keping iman yang harus dipertahankan. Berbekal iman yang tinggal sepersekian, ayat demi ayat dilantunkan. Sunnah demi sunnah kembali coba dibangun. Doa demi doa dipanjatkan.  Tangisan demi tangisan berderai. Berharap, hidayah itu tidak hilang. Berharap, hidayah itu kembali memenuhi hati.

Membasahi hati yang mengering.  Sudah kukatakan bahwa ia laksana seorang awwam yang tengah berusaha memperbaiki iman. Pantaskah seorang berilmu demikian?

"Ya Allah, Ya Illahi Robbi..
Sungguh tiada daya hamba tanpa pertolonganMu.
Apalah Arti usaha hamba tanpa ijabah dariMu.
Ya Allah, Rabb yang hati manusia terletak di tanganMu,
Curahkan hidayahMu, limpahkan cahyaMu,
Sungguh tiada daya hamba tanpa pertolonganMu.."

Aamiin..

Kepada hati yang masih bersih. Sebagai seorang saudara yang memiliki kewajiban atasmu, ana mengingatkan jaga hati lembutmu, jaga hati yang masih beriman itu. Karena, mengembalikannya beriman setelah ia pernah beriman takkan mudah.

Tentang Sahabat



Masihkah lekat diingatanmu dahulu kau pernah bercerita tentang masa lalumu. Kau bilang, dulu kau pernah melarikan diri dari tarbiyah. Dulu, kau juga sedikit menghindar dari amanah. Kau selalu bilang sibuk dengan berbagai kegiatan akademik.
Masih membekas pulakah diingatanmu dahulu tentang dimana kita dipertemukan. Tentang dimana ukhuwah kita dipertautkan. Saat itu, ketika Allah menumbuhkan benih-benih kasih sayang dalam dada kita. Saat kita belum mengenal satu sama lain. Allah memautkan hati kita melalui amanah. Kita saling menyemangati, kau ingat? Kita berusaha tegak dijalan tarbiyah.
Hingga hidayah Allah menyapamu tepat dibulan Ramadhan. Kau ingat momen itu sempat kita abadikan? Yah.. Saat itu, kita mulai berkomitmen untuk membangun ukhuwah di atas perjuangan menegakkan dienullah.
Saat itu, begitu banyak orang bertanya kepadaku ‘bagaimana kalian bisa dekat’?  tahukah kau, aku hanya tersenyum.
Sahabat..
Sejak saat itu, ukhuwah kita menjadi semakin dekat. Sangat dekat. Orang-orang selalu bertanya keberadaan salah satu diantara kita jika kita bersendiri. Kau ingat?
Dan, Alhamdulillah sampai hari ini ukhuwah itu masih terjalin.
Semoga Allah tetap menjaganya. Menjaga hati kita. Menjaga niat kita. Bahwa kita berukhuwah atas nama Allah Subhanahu wata’ala. Sampai nanti, ketika hari itu tiba yakni hari ketika bahkan para syuhada iri kepada kita.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Sesungguhnya di sekitar 'Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya. Diatas mimbar-mimbar itu terdapat orang-orang yang pakaian mereka adalah cahaya dan wajah-wajah mereka juga cahaya. Mereka bukan para nabi, dan bukan pula syuhada. Para nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka".
Mereka (para Sahabat) berkata : "Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kami".
Beliau berkata : "(Mereka adalah) orang-orang yang saling mencintai karena Allah, orang-orang yang saling duduk bersama karena Allah, dan orang-orang yang saling berkunjung karena Allah".
[Terjemah HR. An Nasa'i rahimahullahu]
Uhibbukifillah…