Senin, 10 Agustus 2015

Hanya Memberi

Makassar, Perdos D5
Selasa, 11 juli 2015
25 Syawal 2015
Bismillah..

Bersabarlah dan kuatkan kesabaran..
Memberi apa yang bisa kita beri, dan mengambil apa yang Allah beri.
Bersabarlah dan kuatkan kesabaran..
Mengasihi sepenuh kasih yang kita miliki, dan menerima apa diberi, meski hanya sekadarnya.
Meski, terkadang hati tak cukup menerima. Bersabarlah..
Hanya memberi, memberi.
Hanya mengasihi, mengasihi.
Berhenti menuntut bagaimana orang, tetapi bagaimana kita.
Bersabarlah dan kuatkan kesabaran..

Hati kita, manusia. Kadang tak cukup menerima dengan keputusan Allah pada hidup kita. Hati kita, manusia. Masih saja merasa sakit jika Allah tak memberi apa yang hati kita harapkan. Apakah kita, manusia. Telah lupa pada Firman Allah:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Sakitnya hati kita, manusia. Adalah bentuk tidak menerimanya kita, manusia, terhadap keputusan Allah. Padahal telah jelas jaminan Allah, bahwa putusan Allah adalah sebaik-baik putusan.
Bersabarlah dan kuatkan kesabaran..
Bahwa hidupmu hari ini, adalah rencana Allah.
Terbaik, Insyaa Allah!

Senin, 03 Agustus 2015

Rasa

Mengudaralah doa..
Mengetuk langit.
Tegaplah, Dada..
Melapang hati.
Kuatlah pundak..
Memangku sesak.
Tegarlah jiwa..
Menantang rasa.
Kita masih saja pada Suasana yang sama. Belajar menata sesuatu di dalam Dada.


_Rasa_

Kamis, 02 Juli 2015

15 Ramadhan 1436 H

Perdos D5, Makassar
Kamis, 2 Juli 2015.

Ramadhan, bulan mulia yang telah Allah persiapkan diantara 12 bulan. Manusia berlomba-lomba berbuat kebaikan. Sore kemarin, mata ini berhasil mengabadikan sebuah momen. Seorang laki-laki keluar dari mobil mewah berwarna merah dengan sekotak nasi ditangannya. Tiada dinyana ternyata kotak itu berpindah tangan kepada seorang kakek diatas kereta. Seorang kakek dengan pakaian lusuh dengan sebuah wadah tempat menadah uang dari para penderma. Hal ini, tak mudah kita dapati diluar bulan mulia ini bukan?

Kini, Seperdua Ramadhan telah berlalu, Seperdua dirinya telah berlalu sedang amalan tak jua bertambah. sedang kita masih begini-begini saja. Masih saja jalan ditempat tak memuliakan datangnya.

Ramadhan, jangan menunggu kapan berakhirnya. Sebab esok belum tentu berjumpa dengannya. Kemarin, kita mendapati kita masih terjatuh pada perkara sia-sia, atau malah jatuh pada perbuatan dosa. Sekarang waktunya bangkit. Hari ini belum usai. Insyaa Allah, kita masih memiliki kesempatan untuk membenahi diri.

Al-Qur'an, mendekatkan diri dengannya adalah sebuah kemuliaan. Dibulan ini, dikali beberapa kali. Maka ini, penulis mengakhiri.

Kamis, 04 Juni 2015

Bakti pada Orangtua

Jumat, 05 Juni 2015
BTN Asal Mula


Pertama, ana ingin mengingatkan sebuah ayat tentang keberadaan ibu bapak kita.
 
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (QS. Al-Isra':23)

Allah, Rabb manusia telah mengabarkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtua. Setelah pernyataan tentang tauhid -penyembahan hanya kepada Allah- Allah lantas menyebutkan tentang berbuat baik kepada kedua orangtua. Bahkan untuk sekadar berkata "ah" Allah melarangnya.

 Sekadar berkata "ah" itu terlarang. Mengapa? Tentu Allah menyiapkan balasan yang setimpal kepada mereka yang menaati perintah Allah dengan berbakti kepada kedua orangtua.

Termasuk Amal yang Paling Allah Cintai
        Dari Abdullah bin Mas’ud, “Aku bertanya kepada Rasulullah, “Amal apakah yang paling Allah cintai.” Beliau bersabda, “Shalat pada waktunya,” Aku bertanya, “Kemudian apa?” Nabi bersabda, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya, “Kemudian apa?” Nabi bersabda, “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Masuk Surga
         Dari Abu Hurairah, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celaka, celaka, dan celaka.” Ada yang bertanya, “Siapa dia wahai Rasulullah?” Nabi bersabda, “Dia adalah orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya dalam usia tua, akan tetapi kemudian dia tidak masuk surga.” (HR Muslim)

Sebab panjangnya umur dan mudahnya rezeki. 
    Anas mengatakan, “Barang siapa yang ingin diberi umur dan rezeki yang panjang maka hendaklah berbakti kepada kedua orang tuanya dan menjalin hubungan dengan karib kerabatnya.” (HR. Ahmad)

Penyebab Terkabulnya Doa
    Seorang Bernama Uwais Al-Qarni dikenal sebagai manusia langit. Beliau terkenal dengan mustajabnya doa. Doa-doa yang dipanjatkan olehnya selalu diperkenankan apa yang ia pinta. padahal ia hanya seorang peternak dari Yaman. Apa yang membuatnya menadapat julukan manusia langit? Uwais AL-Qarni memiliki seorang ibu. Ibunya bercita-cita untuk bisa menunaikan haji sedang saat itu ibunya tengah lumpuh. Tak ada jalan lain selain menggendong ibunya. Untuk mewujudkan keinginan ibunya, Uwais berlatih menggendong lembu selama beberapa bulan. Latihan ini dimaksudkan agar ia kuat menggendong ibunya dari Yaman menuju Makkah dengan berjalan kaki. Karena baktinya kepada ibunya inilah sehingga Uwais Al-Qarni dijuluki manusia langit. Masya Allah.

Menghapus Dosa
    Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu ada seorang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Sesungguhnya aku melakukan sebuah dosa yang sangat besar. Adakah cara taubat yang bisa ku lakukan?” Nabi bertanya, “Apakah engkau masih memiliki ibu.” “Tidak” jawabnya. Nabi bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki bibi dari pihak ibu.” “Ya,” jawabnya. Nabi bersabda, “Berbaktilah kepada bibimu.” (HR. Tirmidzi)
    Rasulullah menyebutkan bahwa salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk bertaubat adalah dengan berbakti kepada ibu, jika ibu sudah tidak ada maka berbaktilah kepada saudari perempuan ibu, yakni bibi.

Kemuliaan-kemuliaan yang akan diperoleh begitu besar jika berbakti kepada kedua orangtua kita laksanakan dengan baik. Tetapi, tentu akibat jika tidak dilaksanakan juga akan buruk: 
 
Termasuk Dosa Besar
      Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Maukah aku beritahu kalian tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua" (HR. Bukhari dan Muslim)


Rugi
“Rugilah, rugi sekali, rugi sekali, seseorang yang mendapati salah seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya sewaktu mereka sudah diambang senja (usia lanjut), dan tidak memasukkan ia kedalam surga “(HR Muslim)



Intinya, ana ingin menyampaikan bahwa mari kita bersama-sama belajar untuk berbakti kepada kedua orangtua kita, terutama Ibu. Mereka, bisa menghantarkan kita kepada Syurga. Ditengah-tengah maraknya kisah tragis pembangkangan anak kepada orangtuanya, ana tetap optimis bahwa masih begitu banyak muslimah yang sadar akan kewajibannya kepada orangtua. Masih begitu banyak muslimah yang merindukan Surga, dan salah satu jalannya adalah bakti pada orangtua.

Muslimah yang masih mendapati kedua orangtuanya. Berbaktilah, dengan sebenar-benarnya bakti. Jangan sampai, Perpisahan dengan mereka menjadikan awal bagi kita mengerti tentang bakti yang sebenarnya.

Muslimah yang tak lagi mendapati orangtuanya. Hilangkan kesedihan. Menjadi muslimah sholehah adalah cara terbaik untuk berbakti kepada mereka yang telah tiada.

Rohadatul Aisy

Senin, 01 Juni 2015

adalah Allah

Waktu ketika manusia lupa bagaimana caranya bahagia, adalah Allah yang diingatnya.
Saat manusia terhenti, tak tau arah tempatnya bersandar, adalah Allah tempatnya.
Moment pada keadaan terjatuh dan tak ada uluran tangan, adalah Allah penolongnya.
Ketika manusia lupa pada siapa yang menciptakan, adalah Allah tak pernah memutuskan nikmatnya.
Waktu ketika semua manusia lupa, adalah Allah tak pernah lupa.
Adalah Allah Rabb keseluruhan alam, yang mematikan dan menghidupkan.

Jumat, 22 Mei 2015

Ramadhan kusambut

Sedang tak punya bahan untuk ditulis.
Hanya ingin menulis.
Menulis membantu menumpah perasaan tanpa mesti manusia mengetahui. Allah tetap harus paling tahu -lebih dulu-

Ramadhan tak lama lagi. 27 hari lagi terhitung hari ini. Hari ini, masih sibuk dengan diri ssendiri, mengurusi hati yang tak jua mau berhenti tersakiti.
Merasa sedih sekali. Muslimah lain lagi asik mempersiapkan diri menjumpai bulan penuh kemuliaan ini. Tetapi lagi-lagi masih sibuk dengan urusan hati.
Tak mau melewatkan 27 hari yang sisa untuk berjumpa. Apa yang harus dilakukan? Lupakan hati yang lara. Fokuskan pada Allah. Serahkan padaNya, semoga Dia mengobati hati karena kita fokus untukNya.
Ramadhan. Tak mau menjadikanmu menjauh tanpa membawa hpergi bersamamu, agar rasamu sepanjang waktu.
Ramadhan..
Rindu bertalu
Hati menunggu
Jasad berpadu menyambutmu
Ramadhan..
Cinta merekah

Ya Allah pertemukan kami dengan Ramadhan..

Kamis, 23 April 2015

Mendekap Penuh Harap



Aku ingin merangkulmu. Mendekap penuh harap. Berjalan beriringan. Menangkap titian-titian cahaya hidayah-Nya. Aku ingin merangkulmu. Mendekap penuh harap. Bersaudara di dunia, dan kembali bersaudara di Syurga.
Aku ingin merangkulmu. Mendekap penuh harap. Terikat atas keindahan ukhuwah..

Aku ingin bersamamu, Kawan! Merasakan indah, nikmat, dan manisnya iman. Sejak saat pertemuan itu, namamu telah masuk daftar doaku. Berharap, tali ini takkan putus sampai maut yang berbicara. Semoga ukhuwah atas dasar iman -Insya Allah- menjadi penyemangat dan sumbangan energi untuk beribadah kepada-Nya.

Aku, dan kaupun tahu. Allah telah menggariskan pertemuan kita. Menjadikan kita bersaudara karena iman dan hanya akan hilang karena iman. Semoga awal perjumpaan kita di jalan ini adalah awal dari sebuah kisah panjang tentang perhelatan kita dalam satu tujuan yakni "menggapai Syurga-Nya"

Ingin kubisikkan di telingamu, Kawan! Doa-doa yang kukirimkan di waktu-waktu orang tengah lelap.
"Ya Rabb, Hamba bersyukur telah Kau berikan hamba saudara yang baik hatinya, indah perilakunya, dan baik imannya. Ya Rabb, maka pertemukanlah kami kembali di Jannah-Mu kelak"

Kawan! Inilah mimpiku, yang aku juga berharap menjadi mimpi kalian bahwa "di Syurga kelak, kitapun bersaudara".
Tulisan ini memang sederhana, Kawan. Sesederhana aku mampu mengungkap bahagia ini atas ikatan persaudaraan kita. Bisa saja kau menganggapnya "hanya seperti itukah?". Semoga kau mengerti, memang tak sesederhana ini. Namun, semoga kau mengerti bahwa Syurga adalah satu-satunya penjelas termanis dan terpasti yang akan Allah beri "Hanya kepada hamba-Nya yang beriman".

Semoga kau, aku, dan kita termasuk Hamba-hambanya yang beriman.
 *Special untuk saudari yang kucintai karena Allah. Insya ALlah.

Membasahi hati



kata-kata, kalimat-kalimat. Kadang tak jua mampu mendongkrak hati yang perlahan mengering. Berusaha membasahinya pun sulit. Seolah, seperti seorang awam yang baru ingin memperbaiki iman. Ketika iman telah rusak, semua flat saja. Amanah, bahkan ibadah.

Duhai hati yang mengering, sejukmu dulu kian menjauh. Lembutmu dulu perlahan mengikis. Sekarang, tersisa keping-keping iman yang harus dipertahankan. Berbekal iman yang tinggal sepersekian, ayat demi ayat dilantunkan. Sunnah demi sunnah kembali coba dibangun. Doa demi doa dipanjatkan.  Tangisan demi tangisan berderai. Berharap, hidayah itu tidak hilang. Berharap, hidayah itu kembali memenuhi hati.

Membasahi hati yang mengering.  Sudah kukatakan bahwa ia laksana seorang awwam yang tengah berusaha memperbaiki iman. Pantaskah seorang berilmu demikian?

"Ya Allah, Ya Illahi Robbi..
Sungguh tiada daya hamba tanpa pertolonganMu.
Apalah Arti usaha hamba tanpa ijabah dariMu.
Ya Allah, Rabb yang hati manusia terletak di tanganMu,
Curahkan hidayahMu, limpahkan cahyaMu,
Sungguh tiada daya hamba tanpa pertolonganMu.."

Aamiin..

Kepada hati yang masih bersih. Sebagai seorang saudara yang memiliki kewajiban atasmu, ana mengingatkan jaga hati lembutmu, jaga hati yang masih beriman itu. Karena, mengembalikannya beriman setelah ia pernah beriman takkan mudah.

Tentang Sahabat



Masihkah lekat diingatanmu dahulu kau pernah bercerita tentang masa lalumu. Kau bilang, dulu kau pernah melarikan diri dari tarbiyah. Dulu, kau juga sedikit menghindar dari amanah. Kau selalu bilang sibuk dengan berbagai kegiatan akademik.
Masih membekas pulakah diingatanmu dahulu tentang dimana kita dipertemukan. Tentang dimana ukhuwah kita dipertautkan. Saat itu, ketika Allah menumbuhkan benih-benih kasih sayang dalam dada kita. Saat kita belum mengenal satu sama lain. Allah memautkan hati kita melalui amanah. Kita saling menyemangati, kau ingat? Kita berusaha tegak dijalan tarbiyah.
Hingga hidayah Allah menyapamu tepat dibulan Ramadhan. Kau ingat momen itu sempat kita abadikan? Yah.. Saat itu, kita mulai berkomitmen untuk membangun ukhuwah di atas perjuangan menegakkan dienullah.
Saat itu, begitu banyak orang bertanya kepadaku ‘bagaimana kalian bisa dekat’?  tahukah kau, aku hanya tersenyum.
Sahabat..
Sejak saat itu, ukhuwah kita menjadi semakin dekat. Sangat dekat. Orang-orang selalu bertanya keberadaan salah satu diantara kita jika kita bersendiri. Kau ingat?
Dan, Alhamdulillah sampai hari ini ukhuwah itu masih terjalin.
Semoga Allah tetap menjaganya. Menjaga hati kita. Menjaga niat kita. Bahwa kita berukhuwah atas nama Allah Subhanahu wata’ala. Sampai nanti, ketika hari itu tiba yakni hari ketika bahkan para syuhada iri kepada kita.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Sesungguhnya di sekitar 'Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya. Diatas mimbar-mimbar itu terdapat orang-orang yang pakaian mereka adalah cahaya dan wajah-wajah mereka juga cahaya. Mereka bukan para nabi, dan bukan pula syuhada. Para nabi dan syuhada merasa iri terhadap mereka".
Mereka (para Sahabat) berkata : "Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kami".
Beliau berkata : "(Mereka adalah) orang-orang yang saling mencintai karena Allah, orang-orang yang saling duduk bersama karena Allah, dan orang-orang yang saling berkunjung karena Allah".
[Terjemah HR. An Nasa'i rahimahullahu]
Uhibbukifillah…